Secara Bahasa Futur menunjuk kepada adanya suatu perubahan dari kondisi semangat, kencang, kuat, panas, tajam dan semacamnya, menuju kondisi kebalikannya1. Futur merupakan salah satu penyakit yang kerapkali kita jumpai pada para aktivis dakwah dan tarbiyah. Secara Istilah Futur adalah sebuah keadaan dan kondisi dimana seseorang dalam keadaan lemah, malas dan tidak bersemangat. Dalam kadar yang normal seorang dai’ bisa saja mengalami kondisi seperti ini. Namun menjadi berbahaya bila keadaan ini terus berlarut-larut tanpa ada usaha dari individu yang bersangkutan untuk terus memperbarui iman dan semangatnya. Futur yang terus terjadi tanpa ada usaha untuk meperbaiki diri dapat mengarahkan seorang dai’ pada insilakh (keluar) dari jamaah.
Adalah manusiawi bila rasa semangat itu kadang naik kadang turun. Para sahabatpun yang terkenal akan ketulusan dan semangatnya dalam berdakwah pernah mengadu pada Rasulullah SAW mengenai keadaan mereka yang apabila berada dekat dengan Rasulullah SAW, mereka merasakan keimanan dan semangat yang tinggi, ibadah dan amaliah mereka sangat berkualitas. Tapi ketika mereka tidak sedang bersama lagi mereka kembali lemah, malas dan tidak bersemangat. Mengenai hal ini Rasulullah SAW bersabda: “Iman itu kadang naik kadang turun, maka dari itu perbaikilah dengan kalimat Laa Ilaha illa Allah.”
Penyebab-penyebab Futur
Ada beberapa hal yang sering menjadi penyebab seseorang dai’ menjadi futur,secara garis besar antara lain adalah Ruhiyah yang kering, Kecewa dan sakit hati dan Lemahnya Intima’, Berikut ini penjelasan mengenai hal-hal tersebut:
1. Ruhiyah yang kering
Kekuatan ruhiyah merupakan kekuatan dasar yang harus dimiliki oleh seorang dai’. Kekuatan ruhiyah dinilai dari sejauh mana kedekatan kita dengan Allah SWT. Kedekatan yang menjadi sumber kekuatan ruhiyah ini hanya dapat diperoleh dengan melakukan ibadah-ibadah sunnah disamping ibadah wajib seperti qiyamullail, tilawah, shoum sunnah, infaq dan shodaqoh. Kelemahan dalam tarbiyah baik itu tabiyah jamiyah maupun dzatiyah kerap kali menjadi penyebab utama seorang dai’ menjadi futur dalam menjalani aktvitas dakwahnya. Ketidak kosistenan dalam melakukan amalan-amalan yaumiah menyebabkan seorang aktivis sulit untuk menjaga kosistensi semangat dalam setiap aktivitasnya.
Seperti yang kita ketahui salah satu karakteristik jalan dakwah ini adalah “katsratu ‘aqabat” (hambatannya banyak), untuk itulah diperlukan perbekalan yang cukup untuk menjalaninya. Perbekalan yang utama yang harus dimiliki seorang dai’ adalah kekuatan ruhiyah. Kekuatan ruhiyah akan menjadi benteng diri kita dari berbagai macam cobaan, godaan dan ujian yang terdapat dijalan dakwah. Seorang dai’ yang selalu lalai dan tidak indibath dalam memperhatikan tarbiyah dzatiyah dapat diibaratkan bagai lilin yang selalu berusaha menerangi sekitarnya namun lambat laun lilin tersebut lama kelamaan meleleh dan akhirnya habis tidak bisa lagi mengeluarkan cahaya dan penerangan bagi sekitarnya.
2. Kecewa dan sakit hati
Kekecewaan terhadap jamaah/personel dalam jamaah dan keputusan yang dikeluarkannya kerapkali menjadi faktor penyebab seseorang itu futur atau bahkan dalam tingkatan yang lebih membahayakan dapat menyebabkan seseorang insilakh (hengkang/keluar) dari jamaah. Secara umum hal ini disebabkan oleh kelemahan dalam pemahaman dan keikhlasan. Yang harus dipahami disini bahwa jamaah ini bukan jamaah malaikat, sehingga kekecewaan yang terjadi dan yang kita alami jangan sampai membuat kita hilang semangat dalam berdakwah sehingga akhirnya memutuskan untuk meninggalkan dakwah ini.
Kasus-kasus futur yang disebabkan hal ini sudah memasuki dimensi kehidupan jamaah atau tanzhim. Gejala yang paling umum adalah lemahnya semangat dalam merespon berbagai perintah (amr) atau keputusan (qororot) jamaah dakwah. Kasus ini beriringan dengan gejala melemahnya tanggung jawab (ruh al-mas’uliyah) sebagian aktivis dakwah dalam menjalankan tugas-tugas struktural dakwah. Kasus yang lebih serius yang mungkin muncul adalah penolakan terhadap tugas-tugas yang diamanahkan oleh struktural dakwah dengan alasan yang cenderung dicari-cari.
3. Lemahnya Intima’
Sesungguhnya hal pertama yang menjadi kewajiban para aktivis Islam adalah sepenuhnya menyadari bahwa merekalah sebenarnya yang membutuhkan Islam dan ketika mereka berjuang dan berjihad, hakikatnya dilakukan dalam rangka membersihkan dirinya, menyucikan jiwanya, melaksanakan hak Allah SWT yang wajib mereka tunaikan. (Fathi Yakan)
Seorang dai’ harus memahami bahwa dialah yang membutuhkan dakwah, bukan sebaliknya dakwah yang membutuhkannya. Futurnya seorang aktivis dakwah bisa jadi disebabkan rendahnya pemahaman dan komitmennya terhadap Dakwah Islamiyah. Di samping itu temuan kasus-kasus rinci di lapangan yang terkait dengan melemahnya komitmen dakwah (intima’ da’awi) sebagian kader dakwah karena mulai tersibukkan urusan nafkah (maisyah), hal ini menunjukkan juga pergeseran orientasi hidup dari dakwah kepada kepentingan-kepentingan materiil duniawi. Amatlah penting bagi seorang aktivis dakwah memahami dan mentadaburi ayat Allah di bawah ini:
dan jika kamu berpaling niscaya dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu ini. (QS.Muhammad:38)
Dampak-dampak Yang Terjadi Bila Futur Sudah Menjangkiti Aktivis dakwah
-Menurunnya daya rekrutment kader dakwah.
-Menurunnya kualitas tarbiyah dan dakwah para kader.
-Stagnannya produktivitas dakwah.
-Terjadinya pergeseran orientasi hidup dan tashawur (persepsi) jamaah.
-Munculnya kasus-kasus pelanggaran syar’i.
-Tidak optimalnya pendayagunaan potensi kader.
-Lemahnya kepemimpinan dan kualitas hubungan antara qiyadah wal jundiyah.
-Tidak efektifnya fungsi-fungsi kerja struktur.
-Melemahnya kredibilitas struktur dan jajaran qiyadah/mas’ul.
-Terganggunya citra dakwah di mata masyarakat.
-Terbukanya aurat gerakan.
Cara Mengatasi Futur
Futur yang terjadi kebanyakan berpangkal dari keringnya iman dan ruhiyah, sehingga langkah utama dalam mengatasi hal ini utamanya harus memperhatikan rekonstruksi iman dan ruhiyah. Rekonstruksi iman amatlah penting bagi seorang dai’, karena kerapkali para dai’ sibuk dalam mengerjakan aktivitas dakwah, atau mencurahkan segala tenaganya untuk aktivitas Islam, namun lalai dalam mengurusi hati dan memberikan perhatian penuh kepadanya. Padahal seorang dai’ berdakwah dengan hatinya, bukanlah dengan organ tubuh yang lain. Kalaupun organ tubuh yang lain berbuat kebaikan maka itu karena kebaikan hati dan semangatnya kepada kebaikan.
Pertanyaannya bagaimana memperbarui iman? Jawabnya ada beberapa metode yang bisa kita lakukan untuk merekonstruksi iman antara lain adalah:
1. Membaca siroh generasi salaf
Membaca siroh generasi salaf dapat memotivasi kita untuk mengikuti amal-amal mereka.
2. Menyendiri dengan diri sendiri
Berkhalwat (menyendiri) dapat memberikan kesempatan para dai’ untuk menginstropeksi seluruh amalan dakwah yang telah dilakukan.
3. Mengerjakan pekerjaan sederhana
Mengerjakan pekerjaan-pekerjaan sederhana dalam dakwah dapat melatih kerendahan hati dan mengikis kesombongan. Hal itu dapat dilakukan dengan syarat tiadak mengorbankan pekerjaan-pekerjaan besar yang lebih penting.
4. Ziarah kubur
Tentang hal ini Rasulullah bersabda: “Ziarahi kuburan, sebab kuburan mengingatkan kalian pada kematian.” (HR.Muslim, An Nasai, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Al-Hakim).
5. Mengunjungi atau berkumpul dengan orang-orang soleh
Berkumpul dengan orang soleh, meminta nasihat kepada mereka dapat membantu kita dalam merekonstruksi iman. Inilah hikmah betapa pentingnya hidup berjamaah, dimana ada nuansa taushiyah-mentaushiyahi antar aktivis dakwah.
6. Ingat hari-hari Allah
Ingatlah hari-hari dimana Allah SWT menolong penolong agamanya. Hal itu akan menyadarkan kita betapa dekatnya kemengan dan kebangkitan Islam.
Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikutnya yang bertakwa. mereka tidak menjadi lemah Karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. (QS. Ali Imron:146)
afwan cursornya sangat mengganggu, walaupun isinya bagus.
BalasHapus