Latest Article Get our latest posts by subscribing this site

HAVE FUN with TARBAWI

Assalamualaikum Warohmatullahi wabarokatuh..... :D
sahabat ceria :D apa kabarnya...???
semoga semakin lebih baik ya (ilmunya, rezekinya, kesehatannya dan lain-lain deh.. )
karna kita punya slogan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin :)

nah kita kembali lagi ni di edisi JePreT dengan agenda HAVE FUN with TARBAWI eakkk..
dari namanya aja udah keliatan tuh apa yang bakalan dibahas.. tp kali ini dikit aja pembahasannya hheheh..

agenda ini dilaksanakan pada tanggal 22 september 2013 ya hari Ahad kemarin.. agenda ini merupakan rangkaian acara PRA BIT 1 dimana adik adik mahasiswa kampus oren yang bakalan ikut BIT pada tanggal 29 September 2013 nanti dipersiapkan untuk terlebih dahulu saling berkenalan gitu deh dengan kawan kawan 1 kelompok dan pengenalan tentang BIT itu sendiri.. :D

agenda ini di laksanakan pukul 06:00 pagi, adik adik sudah di arahkan untuk berkumpul dan melakukan absen.. kemudian dilanjutkan dengan acara yang menarik dengan lantunann musik daerah se-Indonesia dengan gerakan asik yang menyehatkan badan.. apalagi kalo bukan SENAM namanya :D

nah disini semua peserta diarahkan untuk senam dengan instruktor ketua umum tarbawi sendiri yaitu bang Prima Yuliantoro.. dan instruktur akhwat yang dihadirkan dari fakultas MIPA..

let's cekidot aja ya gambarnya... :D













(JePreT)

ADAB-ADAB SALAM


Salam itu menunjukkan ketawadhukkan seorang muslim, ia juga menunjukkan kecintaan kepada saudaranya yang lain. Salam menggambarkan akan kebersihan hatinya daripada dengki, dendam, kebencian, kesombongan dan rasa memandang rendah kepada orang lain. Salam merupakan hak kaum muslimin antara satu dengan lainnya, ia merupakan sebab tercapainya rasa saling mengenali, bertautnya hati dan bertambahnya rasa kasih sayang serta kecintaan. Ia juga merupakan sebab memperolehi kebaikan dan sebab untuk seseorang masuk syurga. Menyebarkan salam adalah salah satu bentuk menghidupkan sunnah Rasulullah SAW.
 
1. Disunnahkan tatkala bertemu dua orang di jalanan, iaitu orang yang berkenderaan supaya memberi salam kepada yang berjalan kaki, yang sedikit kepada yang ramai dan yang muda kepada yang tua. Bersabda Nabi SAW : “Hendaklah salam bagi yang berkenderaan kepada pejalan kaki, yang berjalan kaki kepada yang duduk dan yang sedikit kepada yang ramai.” (HR. Muslim).
 
2. Seharusnya orang yang hendak memberikan salam kepada kaum muslimin ialah denganmengucapkan salam dan bukan dengan ucapan ‘selamat pagi’ atau ‘selamat datang’ ataupun ‘hello’, hendaklah dia memulainya dengan salam kemudian baru dia boleh menyambutnya dengan sapaan yang diperbolehkan di dalam Islam.
 
3. Disukai bagi seorang muslim yang akan masuk ke rumahnya, mengucapkan salam terlebih dahulu, kerana sesungguhnya berkah itu turun beserta salam, bersabda Nabi SAW : “Jika engkau hendak masuk ke rumahmu, hendaklah engkau salam, nescaya berkat akan turun kepadamu dan keluargamu.” (HR Turmudzi).
Dan jika tidak ada seorangpun di dalamnya, maka ucapkan, Assalamu’alainaa ‘ibaadillahish shaalihin.” (HR Muslim).
 
4. Seharusnya mengucapkan salam itu dengan suara yang dapat didengar namun tidak mengganggu orang yang mendengar dan membangunkan orang yang tidur. Dari Miqdad r.a berkata :“Kami mengangkat untuk Nabi bahagiannya daripada susu, dan beliau tiba saat malam, mengucapkan salam dengan suara yang tidak membangunkan orang yang tidur dan dapat didengar oleh orang yang jaga.” (HR Muslim).
 
5. Dianjurkan untuk memberikan salam dan mengulanginya lagi jika terpisah daripada saudaranya, walaupun hanya dipisahkan oleh tembok. Dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah SAW bersabda, “Jika seseorang di antara kalian bertemu dengan saudaranya, hendaklah dia memberi salam, dan jika terpisah antara keduanya oleh pohon, tembok ataupun batu besar lalu bertemu kembali, hendaklah kamu mengucapkan salam lagi kepadanya.” (HR Abu Dawud).
 
6. Ramai ulama’ memperbolehkan seorang lelaki mengucapkan salam kepada seorang wanita, dan sebaliknya, selama aman daripada fitnah, sebagaimana seorang wanita mengucapkan salam kepada mahramnya, maka wajib juga atasnya untuk menjawab salam daripada mereka. Demikian halnya seorang laki-laki kepada mahramnya wajib atasnya menjawab salam dari mereka. Jika dia seorang ajnabiyah (wanita bukan mahram), maka tidaklah mengapa mengucapkan salam kepadanya ataupun membalas salamnya jika wanita tersebut yang mengucapkan salam, selama aman daripada fitnah, dengan syarat tanpa bersentuhan tangan/jabat tangan dan mendayu-dayukan suara.
 
7. Daripada hal-hal yang tersebar di kalangan manusia adalah menjadikan salam itu berbentuk isyarat atau memberi tanda dengan tangan. Jika seseorang yang mengucapkan salam itu jauh, maka mengucapkan salam sambil memberikan isyarat tidaklah mengapa, selama dia tidak dapat mendengarmu, kerana isyarat ketika itu menjadi penunjuk salam dan tidak ada pengganti selainnya, juga demikian dalam membalasnya.
 
8. Dianjurkan bagi orang yang duduk mengucapkan salam ketika dia hendak berdiri di dalam majlisnya. Sebagaimana sabda Nabi SAW, “Jika kamu mendatangi suatu majlis hendaklah memberi salam, dan jika hendak berdiri hendaklah juga memberi salam, dan tidaklah yang pertama itu lebih berhak daripada yang terakhir”. (HR. Abu Dawud)
 
9. Disunatkan berjabat tangan ketika memberi salam dan memberikan tangannya kepada saudaranya. Nabi SAW bersabda : “Tidaklah bertemu dua orang muslim kemudian berjabat tangan kecuali Allah akan mengampuni dosanya sebelum berpisah”. (HR. Abu Dawud dan Turmudzi).
 
10. Menunjukkan wajah yang ceria, bermanis muka dan tersenyum ketika salam. Sebagaimana sabda Nabi SAW : “Senyummu kepada saudaramu itu sedekah”, dan sabdanya pula “Janganlah engkau remehkan suatu kebajikan sedikitpun, walaupun hanya bermanis muka terhadap saudaramu”. (HR. Muslim)
 
11. Disunatkan memberi salam kepada anak-anak sebagaimana Rasulullah SAW sentiasa melakukannya, dan yang demikian ini adalah suatu hal yang menggembirakan mereka, menanamkan rasa percaya diri dan menumbuhkan semangat menuntut ilmu di dalam hati mereka.
 
12. Tidak diperbolehkan memulai salam kepada orang kafir sebagaimana di dalam sabda Nabi SAW : “Janganlah mendahului Yahudi dan Nasrani dengan ucapan salam, jika engkau menemui salah seorang daripada mereka di jalan, desaklah hingga mereka menepi dari jalan”. (HR. Muslim) dan bersabda pula Nabi SAW : “Jika ahli kitab memberi salam kepadamu maka jawablah dengan wa’alaikum” (mutafaq ‘alaihi).
 
Maka hidupkanlah wahai hamba Allah, sunnah yang agung ini di tengah-tengah kaum muslimin agar lebih mempereratkan hati-hati kamu dan menyatukan jiwa-jiwa kamu serta untuk meraih ganjaran dan pahala di sisi Allah. Semoga salam dan shalawat sentiasa tercurahkan atas Nabi, keluarga baginda dan sahabat-sahabat baginda seluruhnya. Amin..
Semoga bermanfaat..
 
Wallahu a’lam……
 

GO STAR CETAR

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh sahabat ceria Tarbawi:).  Khaifa Khaluk:)?  Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT ya:). Wah wah, sudah lama juga ya kita tak bersua, tapi tenang.. sahabat:) karena kini Jepret (Jurnal Perjalanan Tarbawi)  hadir kembali  ke hadapan sahabat untuk mengobati kerinduan kalian:), he. Seperti biasanya sahabat, Jepret akan berpantun terlebih dahulu sebagai tanda melestarikan budaya melayu.

Pergi ke pasar membeli kentang,
Kentang yang dibeli asal Blitar,
Jepret datang bukan sembarang datang,
Melainkan untuk menceritakan Go Star.

Sahabat Tarbawi ceria, tahu gak sih? Hm..  tahulah y, he. Eits.. tapi tunggu dulu, kan belum dikasih tahu, he. Sahabat, beberapa waktu lalu, tepatnya pada Minggu, 15 September 2013 telah berlangsung pembukaan Studika FKIP  Untan. Nah, agenda ini namanya Grand Opening Studika FKIP Untan. Seminggu sebelumnya, juga telah berlangsung acara serupa, tapi lingkupnya lebih luas yaitu Se-Untan. Nah lo, kalau udah diadain, kenapa mesti diadain lagi ? (timbul pertanyaan, he). Nah lo juga, kalau yang ini beda, karena lebih menekankan pengenalan akan LDSI At – Tarbawi sebagi lembaga dakwah fakultas dan tentunya juga memperkenalkan  Studika atau studi kampus.

Sahabat Tarbawi Ceria di manapun berada, yuk kita lihat prosesi acaranyaJ. Oh ya, sebelum memasuki acara, kita harus memasuki tempat pelaksanaannya dulu:). Go Star FKIP Untan ini diadakan di Aula Meranti Fakultas Kehutanan. Loh.. loh, kenapa harus di fakultas lain, kita kan punya? (Timbul pertanyaan lagi, he). Ya.. ya, kita memang punya, tapi kapasitasnya tidak banyak. Sedangkan peserta Go Star itu ramai… sekali. Jadi, Aula Meranti yang menjadi pilihan. Selain karena ruangannya yang luas, Aula ini juga terbilang sudah senior, he. Jadi, memang sering digunakan dalam berbagai kegiatan. Walah walah, ngomongin tempat saja sudah panjang lebar ya, he. Baiklah, mari kita berganti pada topik  acara Go Star.

Acara Go Star ini berlangsung dari pukul 13.00 WIB. Antusiasme mahahasiswa baru sudah terlihat sejak ba’da dzuhur.  Satu demi satu mahasiswa mulai berdatangan meramaikan Aula Meranti.  Mereka datang dari berbagagai program studi. Bahkan, mahasiswa dari kampus2 dan kampus 3 juga tak kalah ramai dengan kampus 1, walaupun memang ada beberapa mahasiswa yang berhalangan. Mereka langsung diarahkan oleh panitia untuk mengisi formulir registrasi yang sudah tersedia sesuai dengan program studi masing – masing. Setelah registrasi, mereka dibagikan kue dan minuman oeh tim konsumsi. Akhirnya,  acara yang ditunggu – tunggu pesertapun dimulai. Acara ini dibuka oleh MC yang begitu bersemangat, Reza Wirawan. Ketua LDSI At – Tarbawi, Prima Yuliantoro dipersilakan untuk memberikan kata sambutan dan memperkenalkan Tarbawi. Para peserta terlihat  menyimak dengan saksama. Usai pengenalan Tarbawi, kini giliran Sang Sekretaris Umum (Sekum), Randa Reynaldi yang memberikan motivasinya untuk adik – adik. Ada hal yang cukup menarik dari sesi kali ini. Disela – sela penyampaiannya, Randa menanyakan kebersediaan peserta untuk menjadi pengurus Tarbawi. Dan.. jawabannya sungguh membanggakan. Disetiap baris, baik ikhwan maupun akhwat selalu ada yang mengacungkan tangan, dan itu tidak hanya satu dua orang, tapi mencapai puluhan. Semoga ini menjadi sebuah sinyal bagi kemajuan Tarbawi dimasa mendatang. Aamiin.
Satu per satu acara mulai berlalu.  Waktu Ashar  juga telah dekat. Mc  pun menunda acara untuk shalat. Para peserta menunaikan ibadah shalat Ashar di Masjid terdekat. Dengan didampingi  beberapa panitia, mereka terlihat begitu bersemangat. Seusai shalat, mereka kembali ke tempat peristirahatan, he bukan, tapi tempat berlangsungnya kegiatan. Kali ini, giliran  Abang  Imam Wahyudi yang memberikan pelatihan. Bawaannya yang santai dan seru,  membuat suasana terasa mengasyikkan. Beliau menjelaskan dengan penuh semangat. Terbukti, dari awal hingga akhir penjelasan, mata para peserta tertuju padanya. Materi yang disajikan pun memang menarik, mulai dari mahasiswa dan dunia kampus hingga makna Studika. Sungguh, Go Star tahun ini begitu cetar!!

Waktu tak terasa, jam telah menunjukkan pukul 17.00.  Itu berarti, acara kan berakhir. Banyak hal yang didapatkan dari acara ini. Para mahasiswa baru jadi lebih banyak tahu tentang Tarbawi, lembaga dakwah fakultas mereka. Selain itu, cakrawala pemikiran mereka akan semakin terbuka, terutama mengenai Studika, Tidak hanya itu, mereka juga jadi lebih akrab dengan sesama mahasiswa baru. Jadi, tidak ada kata rugi jika kita mengikuti acara yang satu ini.

Sahabat Tarbawi Ceria, sekian dulu ya Jepret kali ini melaporkan. Penulis minta maaf jika ada salah – salah kata. Salam ceria sahabat ceria Tarbawi:). Jepret akan kembali hadir dengan laporan – laporan perjalanan lainnya yang tentunya akan menginspirasi kita semua. Jika diawal tadi Jepret telah menyuguhkan sebuah pantun, maka diakhir tulisan ini, Jepret juga akan memberikan pantun penutup. Yuk, kita baca:).

Pak Amat jualan ikan,
Ikannya bernama Kian Santang,
Sekian dulu Jepret melaporkan,
Sampai jumpa diJepret yang akan datang.

Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh:)).

dokumentasi go star cekidot :D








(JePreT)

Adab Bertamu

1. Pengertian adab bertamu


Dalam ajaran Islam ada dua konsep yang harus ditegakkan, yaitu Hablum minallah  dan Hablum minannas, Hablum Minallah artinya melakukan hubungan dengan Allah, sedangkan Hablum minannas artinya melakukan hubungan antar sesame manusia.  Bertemu termasuk salah satu dari kegiatan hablum minannas. Jika demikian, apa bertamu itu sebenarnya?
Bertamu adalah berkunjung ke rumah orang lain dalm rangka mempererat silaturahim.  Maksud orang lain di sini adalah tetangga, saudara (sanak famili), teman sekantor, teman seprofesi dan sebagainya.  bertemu tentu ada maksud dan tujuannya, antara lain menjeguk yang sedang sakit, ngobrol-ngobrol biasa, membicarakan bisnis, membicarakan masalah keluarga keluarga dan sebagainya.
Apapun alasannya, seseorang berkunjung kerumah orang lain (bertamu) tidaklah menjadi persoalan.  Yang jelas bertamu itu pada hakekatnya mempererat silaturahmi atau tali persaudaraan.  Orang suka bersilaturahmi akan dilampangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, sebagaimana hadis Rasulullah saw, dari riowayat Abu Hurairah:


قَالَـ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ اَحَبُّ اَنْ يُبْسَـطَ
لَهُ فِى رِزْقِهِ وَيُنْسَـاَلَهُ فِى اَثَرِهِ فَلْيَصِـلْ رَحِمَهُ.
﴿رواه البخارى ومسـلم عن أبى هريرة﴾

Artinya :
“Sabda Rasulullah saw.”Burung siapa yang menginginkan diperluas rezekinya dan diperpanjang umurnya maka sebaiknya ia bersilaturahmi.”  (H.R Bukhari Muslim)

Mempererat tali silaturahim, baik dengan tetangga, sanak saudara maupun teman sejawat merupakan perintah agama islam agar senantiasa membina kasih sayang, hidup rukun, tolong menolong, saling membantu antara yang kaya dengan yang miskin dan memiliki kesempatan dengan yang mengalami kesempitan.
Silaturahim tidak saja menghubungkan tali persaudaraan, tetapi juga akan banyak menambah wawasan, pengalaman karena pada saat berinteraksi terdapat pembicaraan-pembicaraan yang berkaitan dengan masalah-masalah perdagangan atau penghasilan, sehingga satu sama lain akan mendapatkan pandangan baru tentang usaha pendapatan rezeki dan sebagainya.
Suasana yang dialami bagi orang yang biasa bersilaturahmi, hidup menjadi lebih menyenangkan, nuaman, dan hati menjadai tentram sehingga hidup ii merasa luas dan lega seakan umur bertambah, walaupun kenyataan yang sebenarnya umur atau ajal manusia sudah ditentukan jauh sebelum ia dilahirkan oleh Allah Swt.
Sabda Rasulullah saw. yang lain dari riwayat Aisyah:

قَالَـ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : صِلَةُالرَّحِمِ وَحُسْنُ
اْلخُلُقِ اْلجَوَارِيُعَـمِّرْنَ الدِّيَارَوَيَزِدْنَ فِى اْلاَعْـمَارِ.
﴿رواه أحـمدوالبيـهـقى عن عاشة﴾
Artinya :
“Sabda Rasulullah saw:” Bersilaturahmi, baik budi pekerti dan bertetangga yang baik, akan meramaikan kampong dan dapat menabah umur.” (H.R Ahmad dan Baihaqi dari Aisyah)

Hadis tersebut menambahkan selain bersilaturahmi, berakhlak yang baik (Husnul Khuluq) dan bertetangga yang baik (Husnul Jawari) dapat pula mencptakan suasana yang menyenangkan dan lebih semarak dalam hidup bermasyarakat.
Karena itu ajaran islam member tuntunan atau tatakrama dalam berinteraksi antar sesama misalnya bertamu dan yang menerima tamu.

http://videomuslim.com/wp-content/uploads/2011/11/Bertamu-ke-Rumah-Teman.jpg 2. Contoh adab bertemu Dalam bertamu ada beberapa tata cara atau adab yang harus diperhatikan, agar suasana pertemuan tidak rusak karena adanya hal-hal yang tidak berkenan dihati masing-masing pihak. Diantara tata cara itu contohnya yaitu sebagai berikut :
a)      Sebelum memasuki rumah seseorang, kita harus meminta izin terlebih dahulu dengan mengucapkan salam, jika tuan rumah mempersilahkan kita masuk, berulah kita masuk ke ruamahnya dengan sopan.
Perhatikan firman Allah Swt :

يَآيُّـهَاالَّذِيْنَ اَمَنُوْالأَتَدْخُلُوْابُيُوْتًاغَيْرَبُيُوْتِكُـمْ حَتىَّ تَسْتَأْنِسُوْا
وَتُسَلِّمُوْاعَلى اَهْـلهَاقلىذلِكُمْ خَيْرُلَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَ كَّرُوْنَ.
﴿النور:٢٧﴾

Artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu masukin rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan member salam kepada penghuninya.  Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.” (Q.S An-Nur:27)

b)      Sebagai tamu, apabila kita tidak mendapati tuan rumah, atau merasa tidak diterima oleh tuan rumah karena satu dan lain hal maka tinggalkanlah rumah itu dengan segera.  Tetapi jangan sampai memperlihatkan kekecewaan terhadap perlakuan tuan rumah yang tidak berbudi baik tersebut.


فَاِنْ لَمْ تَجِدُوْافِيْهَااَحَدًافَلاَتَدْخُلُوْهَاحَتىَّ يُوْذَنَ لَكُمْ وَاِنْ قِيْلَ
لَكُمُ ارْجِعُوْافَارْجِعُوْاهُوَاَزْكَى لَكُمْقلىوَاللهُ بِمَاتَعْمَلُوْنَ عَلِيْمُ
﴿النور:٢٨﴾

Artinya :
Dan jika kamu tidak menemui seseorang di dalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin.  Dan jika dikatakan kepadamu:”Kembalilah!(hendaklah) kamu kembali. itu lebih suci bagimu dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan “(Q.S An. Nur :28)

c)       Apabila sudah diterima dengan baik, janganlah berbuat seenaknya di rumah orang, meskipun udah dikatakan oleh tuan rumah, anggaplah sebagai rumah sendiri. Itu adalah hak dan kewajiban dia sebagai tuan rumah, sedangkan kemu mempunyai hak dan kewajiban tersendiri sebagai tamu.
d)      Menjadi tamu dirumah teman dekat harus tetap menjaga kesopanan.  Jangan melihat-lihat semua benda yang ada dirumah itu, kecuali benar-benar dipersilahkan oleh tuan rumah
e)      Jika kita dihidangkan makanan dan minuman maka cicipilah makanan dan inuman tersebut setelah kita dipersilahkan oleh tuan rumah untuk dicicipi, seandainya makanan dan minumana itu tidak sesuai dengan selera kita maka jangan ditampakkan bahwa kita tidak suka, tetapi cicipilah sekedarnya saja
f)       Kalau dirasa sudah sudah cukup keperluannya maka dengan sikap yang agak berat kita berpamitan, untuk pulang.  Tidak lupa sampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya atas sambutannya dengan harapan kita akan menanti kedatangannya di rumah kita, dan dapat bertemu kembali dilain waktu.

3. Mempraktikkan Adab dalam kehidupan sehari-hari
Sebagai muslim yang beriman, hendaknya kamu dapat mempraktikkan adab bertemu menurut ajaran Islam, dalam kehidupan sehari-hari.  Untuk dapat mempraktikkan adab bertemu, hendaknya kamu perhatikan terlebih dahulu beberapa hal berikut ini:
a)      Tanamkan keimanan yang kuat di dalam hati, agar tidak tergoda oleh setan ketika bertamu
b)      Tanamkan keyakainan dalam hati bahwa bertamu itu merupakan salah satu sunah rasul, dalam rangka silaturahmi terhadap sesama muslim, baik yang dekat maupun yang jauh
c)       Tanamkan keyakinan bahwa bertemau sesuai adab Islam termasuk ibadah, yang tidak hanya akan mendapat pahala juga dapat memperbanyak saudara dan menghilangkan permusuhan
d)      Pahami dengan baik tata cara atau adab bertamu secara islami, agar dalam pertemuan tidak menimbulkan hal-hal negative dari kedu belah pihak, baik yang bertamu maupun yang menerima tamu
e)      Mulailah membiasakan mempraktikkan adab bertamu secara islam dari sekarang, agar kelak kamu terbiasa bertamu dan menjalin silaturahmi dengan baik terhadap siapa pun
f)       Selamat memulai

sumber : http://barkahhernandez.blogspot.com

Akhwat "Eksklusif"? Udah Gak Jaman Kaleee :D




Bismillah…

Ketika menuliskan sebuah tulisan sederhana ini, lagi lagi aku berpikir untuk terus melanjutkan jari jemari ini menari-nari di atas benda hitam berhuruf banyak yang dinamakan keyboard ini, atau menghentikannya dan membiarkan celotehan-celotehan tiada henti ini tetap diam di dalam pikiran pemiliknya. Lagi-lagi kekhawatiran menyelimuti semangat diri untuk terus menumpahkan segala bentuk diskusi monolog yang senantiasa terjadi manakala aku mulai melihat fenomena-fenomena “aneh bin ajaib” yang kerap kali aku saksikan. Lagi-lagi rasa segan, serta rasa ketidakpantasan untuk menulis sebuah tulisan sederhana ini muncul begitu saja manakala aku mulai menjejakkan jari-jemariku di atas sebuah keyboard yang tepat berada di hadapanku. Mungkin ada yang menganggapku berlebihan bila harus merasa khawatir hanya untuk menulis sebuah tulisan sederhana saja. Mungkin ada yang menganggapku “cemen” bila harus merasa segan hanya untuk menulis sebuah tulisan sederhana saja. Dan mungkin ada yang menganggapku “lemot” bila harus berpikir berulang kali hanya untuk menulis sebuah tulisan sederhana saja. Ya… aku akui bahwa aku memang berlebihan, aku memang “cemen”, dan aku juga “lemot”. Aku akui itu, tapi akhi wa ukhti…. Seseungguhnyalah tulisan sederhana ini tak bermakna sederhana bagiku… aku mungkin menuliskannya dengan bahasa yang sangat sederhana, gaya yang sederhana, serta isi yang sederhana, tapi aku yakin bahwa makna yang terdapat di dalamnya tak sesederhana bahasa, gaya, serta isinya bagi mereka yang paham akan apa yang aku coba untuk sampaikan melalui tulisan sederhana ini. Itulah mengapa aku begitu khawatirnya dalam penulisan ini. Aku khawatir akan apa yang akan aku sampaikan, karna aku sebenarnya sangat sadar bahwa aku tak berkapasitas dalam membuat tulisan ini.
Kali ini, di dalam tulisan yang lagi-lagi kusebut sederhana ini, aku mencoba untuk mengajak akhi wa ukhti semua berdiskusi denganku… aku tak memaksa akhi wa ukhti untuk sependapat denganku, aku tak memaksa akhi wa ukhti untuk berdebat denganku, dan aku tak memaksa akhi wa ukhti untuk berada di pihakku… tidak, sama sekali tidak… aku hanya sekedar ingin menyampaikan apa yang selama ini berkecamuk dalam pikiranku. Aku hanya sekedar ingin mengajak akhi wa ukhti berpikir ulang mengenai apa yang akan aku sampaikan, dan aku hanya sekedar ingin mengajak akhi wa ukhti untuk memahami apa yang akan aku sampaikan.
Bismillah…
Ahwat “eksklusif”… aku rasa sebutan itu bukanlah hal baru bagi akhi wa ukhti sekalian. Sebutan itu bahkan sudah sangat “familiar” di telinga akhi wa ukhti semua… aku yakin itu. Tapi sebenarnya apa yang akhi wa ukhti ketahui tentang kata “eksklusif” di sini? Ekslusif yang seperti apa yang akhi wa ukhti pahami selama ini? Maaf… sekali lagi maaf bila aku lancang membahasnya di ruang publik ini. Maaf bila aku terpaksa harus membahasnya di sini. Aku tak berniat menceramahimu, tidak sama sekali… aku hanya mencoba untuk menasehati diriku sendiri, serta mengajak akhi wa ukhti untuk berada dalam diskusi ini. Aku merasa lelah… jenuh bila harus mendiskusikannya sendiri. Maka dari itu, aku mencoba untuk mengajak antum semua berada dalam situasi ini, demi cita kita bersama.
Kembali kepada kata “eksklusif” yang menjadi pembahasan kali ini, aku mencoba untuk menafsirkan makna kata “eksklusif” itu sendiri sebagai sebuah gaya hidup yang kerap kali dijalani oleh para aktivis dakwah. “ekslusif” yang kumaksud di sini ialah keterbatasan hubungan sosial antara aktivis dakwah dengan kalangan umum. Maaf jika aku harus mengatakan bahwa “ekslusif” yang seperti ini yang kusebut “angkuh”. Memang kita ini siapa sehingga harus menetapkan standar pertemana?!?. Bahwa kita hanya mau bergaul dengan sesama aktivis saja, tidak level bila harus membaur dengan kalangan umum. Astaghfirullah… Angkuh sekali rasanya bila kita sebagai manusia yang “paham” terus menerapkan gaya hidup seperti ini.
Pada kesempatan ini, aku mungkin hanya akan sedikit membahas masalah kecil yang berdampak besar ini hanya dalam lingkup muslimah saja. Ya…  akhwat lah yang akan aku bahas kali ini.
Mengapa akhwat??? Karna aku seorang akhwat, sehingga dunia akhwat begitu dekat denganku.
Taukah ukhti bahwa fenomena yang kusebut “aneh bin ajaib” ini begitu seringnya terjadi di kalangan kita??? Iya… akhwat ukhti… akhwat…
Taukah ukhti bahwa fenomena ini justru kita anggap biasa di kalangan kita??? Lagi-lagi akhwat ukhti…
Dan taukah ukhti bahwa fenomena ini berdampak besar bagi dakwah kita ukhti??? Sekali lagi iya ukhti… di kalangan akhwat…

Apa engkau tidak merasa khawatir ukhti…???
Apa engkau menganggap ini hal yang wajar saja ukhti…???
Atau... apa engkau tidak peduli akan hal ini…???

Maaf… lagi-lagi aku hanya bisa mengucapkan kata maaf yang sedalam-dalamnya…
Aku tau bahwa aku tak lebih baik darimu, aku tau bahwa aku tak lebih tau darimu, dan aku tau bahwa aku tak lebih berpengalaman darimu…
Tapi ukhti… ukhti tau kan bahwa setiap muslim itu bersaudara??? ukhti tau kan bahwa sesama saudara harus saling mengingatkan??? Dan ukhti tak lupa kan bahwa aku saudaramu ukhti???
Maka dari itu aku memberanikan diri membuat tulisan ini…
Ini untukmu, dan untukku juga ukhti…
Dari rentetan pertanyaan yang kuajukan sebelumnya, aku tau engkau pasti paham dengan apa yang kumaksudkan. Bahkan hanya dengan membaca judul dari tulisan ini saja, engkau sudah sangat paham tentang apa yang akan aku sampaikan.
Berawal dari seringnya menjumpai beberapa kasus sosialisasi antar aktivis akhwat di kalangan umum, memaksaku untuk membuat tulisan ini.
Seringkali kujumpai aktivis akhwat yang sangat membatasi ruang lingkup pergaulannya hanya di kalangan mereka saja. Mereka terlalu sibuk dengan dunianya sendiri sehingga sekedar merapat dalam ruang lingkup yang berbeda pun terkesan enggan. Mereka membatasi diri untuk terlibat dalam ruang lingkup yang berbeda, hanya karna merasa terlalu nyaman dalam zonanya sendiri. Tak mau keluar dari zona nyaman itu, karna mungkin khawatir tidak akan merasa nyaman di zona yang lain. Bagiku, rasanya perlu untuk keluar sebentar ke zona yang berbeda. Sebentar saja… hanya untuk merasakan atmosfer di zona yang lain itu. Sebenarnya bila bicara tentang nyaman atau tidaknya, tentu berada di zona yang berbeda dengan “tempat kita” tak akan senyaman di zona kita. Tapi kita bisa koq membuatnya nyaman, walau tak senyaman di zona kita tentunya. Semua tergantung dari bagaimana kita mencoba membiasakan diri di dalam zona yang lain itu. Aku yakin ukhti semua sudah sangat paham tentang makna “boleh membaur, asal jangan melebur”. Ya… itu berarti kita sangat boleh atau bagiku kita sangat perlu untuk membaur dengan kalangan umum… yang penting kan kita tidak melebur.
Kenapa aku terkesan sangat menganjurkan ukhti untuk membaur dengan kalangan umum??? Karena mereka butuh kita… dan kita butuh mereka…
Itulah mengapa aku sangat “recommend you to join with others”…
Mungkin ada yang belum bisa menangkap pesan yang aku sampaikan di atas.. baiklah… aku akan mencoba untuk memperjelasnya… memperjelas segalanya…
Ukhti… aku merupakan salah satu akhwat yang juga pernah berada dalam masa “kegalauan”… aku tau bagaimana rasanya menjadi orang yang “galau”. Ketika aku “galau”, terkadang aku bingung di mana harusnya aku bertanya bila aku tak tau. Kepada teman-temanku yang juga “galau”, tentu aku tak akan mendapat jawaban apa-apa… wong sama-sama “galau” koq. Dari situ aku mulai mencari cara agar aku bisa kaluar dari “kegalauan” ini. Hingga akhirnya aku menemukan tempat dimana di sana tempat berkumpulnya orang-orang seperti kita, ya… aktivis dakwah, sehingga aku bisa bertanya, dan tak perlu pusing lagi di mana aku harus bertanya. Aku telah menemukan tempatnya. Melalui pengalamanku itulah aku mencoba menganalisis bahwasannya untuk berada dalam lingkungan “nyaman” ini sangatlah sulit. Bahwasannya untuk berkumpul dengan orang-orang di zona “nyaman” ini begitu sulit. Dan bahwasannya untuk menjadi bagian dari mereka juga sulit. Mengapa sulit???
Ya karna kita yang harus mencari… kita yang harus “memaksakan diri” untuk masuk, dan kita yang “bersusah payah” untuk bergabung.
Karena hambatan-hambatan itulah mengapa banyak yang akhirnya memutuskan untuk mundur kembali ketika sudah mulai tertarik untuk bergabung.
Bagaimana tidak mundur, wong mereka melihatnya para aktivis itu terlalu “ekslusif” koq…
Mereka jadinya beranggapan bahwa suatu saat ketika mereka telah menjadi salah satu dari aktivis itu, itu artinya mereka tak bisa bersosialisasi dengan kalangan umum seperti dulu lagi… mereka juga akan dituntut untuk menjadi “eksklusif”… membuat kelompok sendiri….
Bagi mereka yang teliti, tentu itu menjadi poin penilaian tersendiri bagi mereka.
Nah, itu bagi yang masih punya niatan untuk bergabung. Buat yang sama sekali tak pernah terlintas niatan untuk bergabung… lebih parah lagi anggapannya terhadap kita.
Sampai di sini mungkin ada yang tidak setuju atau bahkan sangat menentang opini pribadiku ini. Tak apa… aku sudah mengatakan di awal bahwa aku tak memaksa akhi wa ukhti untuk setuju dengan pendapatku. J karna ini hanya opini kan? Berdasarkan pengalaman serta analisis pribadi.
Baiklah… akan kucoba untuk melanjutkan opiniku…
Dakwah memang ada yang namanya pengkaderan… tidak bisa tidak, pasti ada. Tapi pengkaderan yang selama ini dikenal oleh aktivis apakah hanya pengkaderan “resmi” yang dirancang sedemikian rupa dengan agenda yang seabrek-abrek? Apakah dakwah hanya dilakukan dengan cara yang “resmi” saja? Apakah syiar harus di masjid saja? Atau di kalangan kita saja??? Aku rasa tidak. Aku rasa mengkader, berdakwah, mensyiarkan islam bisa di mana saja, kapan saja, dan kepada siapa saja. Begitu juga kepada kalangan umum… justru malah itulah lahan dakwah kita… iya kan???
Maka dari itu…. Ada baiknya bila kita yang menghampiri “customer”…  jangan hanya menunggu hingga mereka singgah untuk berbelanja.
Bagaikan pedagang asongan yang menjajakan dagangannya dari satu tempat ke tempat yang lain, dengan memperhatikan sasaran tentunya… dibandingkan dengan pedagang kaki lima yang berdagang di tempat yang di sana tidak ada pembelinya, yang ada hanya puluhan sesama pedagang kaki lima dengan dagangan yang sama pula. Kira-kira yang mana yang banyak laku dagangannya??? Yang mana yang duluan terjual dagangannya???
Kalau masih ada yang menjawab pilihan ke-2… monggo coba dipraktikka saja... hhe.. J
Nah, seperti itulah kira –kira seharusnya kita bersikap. Menjadi pedagang asongan yang tekun menjajakan dagangannya, bukan malah menjadi pedangang kaki lima yang menunggu dengan santainya sambil asik bercengkerama dengan pedagang kaki lima yang lain walau sebenarnya tau bahwa di tempat itu sama sekali tidak ada yang akan membeli. Siapa yang mau membeli? Pedagang kaki lima yang lain??? Wong mereka juga menjual dagangan yang sama… hhe...
Wah… sudah terlalu jauh ya aku berjalannya… maaf… J
Ukhtiku yang tidak aku cintai selain karena Allah...
Taukah engkau bahwa saudara-saudara kita di luar sana juga membutuhkan perhatian dari kita… mereka juga sebenarnya ingin sekali bisa bersahabat dengan kita… sebenarnya ada saja pertanyaan yang ingin mereka ajukan kepada kita… tapi… karna adanya benteng yang terlalu tinggi di antara kita dengan mereka, serta terlalu jauhnya jarak yang memisahkan kita dengan mereka… itu membuat mereka segan untuk sekedar bertanya bila mereka butuh jawaban, sekedar bercerita ketika mereka dirundung masalah, sekedar mendekat bila butuh dorongan semangat…
Tapi apa yang kita lakukan??? Kita justru menjauh dari mereka… kita lupakan mereka… kita acuhkan mereka…
Saudara macam apa kita ini?!?
Ketika saudara kita tidak tau… kita biarkan mereka… kita tidak peduli… seakan itu bukanlah urusan kita…
Ketika saudara kita tampak bersedih… kita tinggalkan mereka… kita tak mau tau tentang masalah yang mereka alami…
Ketika saudara kita hanya sekedar ingin duduk bercengkerama dengan kita… kita malah sibuk dengan urusan kita sendiri… tak menghiraukan mereka yang mencoba untuk tau banyak tentang jalan ini…
Astaghfirullahal ‘adziiimm…
Bukankah kita aktivis… yang seharusnya paham akan hal ini… paham bahwa hal semacam itu tak boleh terus menerus kita geluti…
Taukah ukhti, bahwa sebenarnya mereka sedang menunggu kita... menanti kita untuk berada bersamanya... merangkulnya ketika lara mendera... mengingatkannya ketika terlupa... menyemangatinya ketika ia merasa seakan-akan dunia ini menghimpitnya... menyegarkannya dengan kalimat-kalimat penuh motivasi darimu... kemudian, biarkan mereka merasakan indahnya islam... indahnya iman... darimu ukh...
Alangkah indahnya persaudaraan yang dibangun dengan cara semacam ini...
Maka dari itu, ayolah ukh... ayo kita hilangkan budaya lama itu... “eksklusif” sekarang udah bukan jamannya...
Hari gini kita mesti lebih peka dengan kondisi sekitar... jangan terlalu sibuk dengan diri sendiri... Please remember that they need us... and we need them...
Yuk kita tunjukin the real Islam dari diri kita sendiri...
Persaudaraan itu sangatlah indah... apalagi kalau bisa sampai ke surga...
Mudah2an kita bisa menjadi saudara sampai ke surga. J

Afwan atas segalanya...

Tulisan ini hanyalah sebuah nasihat bumerang yang tentu akan kembali pada yang melemparkan tulisan ini... J


Kalender Hijriah

 
Copyright © 2013. LDSI At-tarbawi - All Rights Reserved
Published by LDSI At-tarbawi
Proudly powered by Blogger