Latest Article Get our latest posts by subscribing this site

Fiqih Safar


Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya sampai hari kiamat. Amma ba'du:
Berikut ini merupakan masalah-masalah seputar safar yang perlu diketahui oleh setiap musafir agar perjalanan mereka diberkahi, insya Allah.
1.   Perjalanan yang disebut sebagai safar
Setiap perjalanan yang dianggap oleh orang-orang sebagai safar (bepergian jauh), maka tidak syak lagi bahwa perjalanan tersebut adalah safar, baik jaraknya jauh atau tidak begitu jauh, lama atau hanya sebentar. Yang dijadikan patokan dalam hal ini adalah 'uruf (kebiasaan umum yang berlaku). Hal itu, karena dalil-dalil safar yang berlaku di sana rukhshah bersifat mutlak, tidak dibatasi oleh apa pun. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman:
"Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu menqashar shalat(mu)…dst" (Terj. An Nisaa': 101)
2.   Menjadikan suatu tempat sebagai tempat tinggal (baca: Istiithaan).
Istiithaan terbagi menjadi dua:
a.  Seseorang menempati tempat tinggal aslinya (kampung halamannya).
b. Seseorang menempati tempat lain sebagai tempat tinggalnya.
Untuk yang pertama, jika seseorang keluar dari tempat tinggalnya itu, dan dalam dirinya ada niat kembali lagi serta tidak menjadikan tempat lain sebagai tempat tinggalnya, maka keluarnya dianggap sebagai musafir.
Untuk yang kedua, jika seseorang keluar dari tempat tinggalnya itu meskipun perginya ke kampung halamannya untuk berkunjung, dan tidak bermaksud tinggal di sana, maka kepergiannya ke kampung halamannya dianggap sebagai safar, berlaku hukum-hukum safar baginya. Hal ini, sebagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ketika keluar dari Makkah dan tinggal di Madinah, maka ketika Beliau ke Makkah, Beliau sebagai musafir. Oleh karena itu, saat Beliau ke Makkah dan melakukan shalat di sana, Beliau mengqasharnya, dan menyuruh penduduk makkah sebagai makmum menyempurnakan shalatnya.
3.   Mulai berlaku hukum-hukum safar
Apabila seseorang berpisah dari bangunan-bangunan kotanya, maka mulai berlaku hukum safar baginya. Hal ini berdasarkan hadits Anas radhiyallahu 'anhu ia berkata, "Aku shalat Zhuhur bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di Madinah empat rak'at, dan di Dzulhulaifah dua rak'at." (HR. Bukhari)
Syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah berkata, "Yang dijadikan patokan adalah berpisah badan dari bangunan yang ada, bukan berpisah pandangan, yakni tidak disyaratkan dalam berpisah itu harus tidak melihat rumah-rumah, bahkan cukup berpisah badan." (Asy Syarhul Mumti' 4/512)
4.   Adab safar
Ada beberapa adab bagi musafir, di antaranya adalah:
a.   Dianjurkan memilih hari Kamis
Hal ini berdasarkan hadits Ka'ab bin Malik berikut, ia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam hampir tidak keluar dalam safar kecuali pada hari Kamis." (HR. Bukhari)
b.   Berdoa ketika berangkat dan ketika pulang.
Ibnu Umar berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam apabila telah berada di atas untanya untuk keluar bersafar, Beliau bertakbir tiga kali dan mengucapkan:
« سُبْحَانَ الَّذِى سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِى سَفَرِنَا هَذَا الْبِرَّ وَالتَّقْوَى وَمِنَ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى اللَّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ اللَّهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِى السَّفَرِ وَالْخَلِيفَةُ فِى الأَهْلِ اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ وَسُوءِ الْمُنْقَلَبِ فِى الْمَالِ وَالأَهْلِ » .
"Mahasuci Allah yang menundukkan binatang ini bagi kami, dan sebelumnya kami tidak mampu menundukkannya, dan sesungguhnya hanya kepada Tuhan kamilah kembali. Ya Allah, sesungguhnya kami meminta kepada-Mu dalam safar kami ini  kebaikan, ketakwaan dan amalan yang Engkau ridhai. Ya Allah, ringankanlah bagi kami safar ini dan dekatkanlah yang jauh. Ya Allah, Engkaulah teman di perjalanan dan pengganti kami bagi keluarga. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari penderitaan safar, pandangan yang menyedihkan dan buruknya tempat kembali pada harta dan keluarga."
dan apabila Beliau pulang, maka Beliau mengucapkan kata-kata yang sama, namun menambah (dengan kata-kata):
آيِبُونَ تَائِبُونَ عَابِدُونَ لِرَبِّنَا حَامِدُونَ » . 
"Dalam keadaan kembali, bertobat, beribadah dan memuji Tuhan Kami." (HR. Muslim)
c.    Dianjurkan mengucapkan "A'uudzu bikalimaatillahittaammah min syarri maa khalaq" ketika singgah di suatu tempat.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
« مَنْ نَزَلَ مَنْزِلاً ثُمَّ قَالَ أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ . لَمْ يَضُرُّهُ شَىْءٌ حَتَّى يَرْتَحِلَ مِنْ مَنْزِلِهِ ذَلِكَ » . 
"Barang siapa yang menempati suatu tempat, lalu mengucapkan, "A'uudzu…dst." (artinya: Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk-Nya), maka tidak ada sesuatu pun yang membahayakannya sampai ia pergi dari tempat itu." (HR. Muslim)
d.   Dianjurkan bertakbir ketika menaiki tempat tinggi dan bertasbih ketika turun.
Jabir radhiyallahu 'anhu berkata, "Kami ketika menaiki tempat tinggi bertakbir dan ketika turun bertasbih." (HR. Bukhari)
e.   Dianjurkan berdoa ketika masuk ke sebuah kampung.
Doanya adalah sbb.:
اَللَّهُمَّ رَبَّ السَّموَاتِ السَّبْعِ وَمَا أَظْلَلْنَ ، وَرَبَّ الْأَرَضِيْنَ السَّبْعِ وَمَا أَقْلَلْنَ ،وَرَبَّ الشَّيَاطِيْنِ وَمَا أَضْلَلْنَ ، وَرَبَّ الرِّيَاحِ وَمَا ذَرَيْنَ. أَسْأَلُكَ خَيْرَ هَذِهِ اْلقَرْيَةِ وَخَيْرَ أَهْلِهَا ، وَخَيْرَ مَا فِيْهَا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا، وَشَرِّ أَهْلِهَا ، وَشَرِّ مَا فِيْهَا
“Ya Allah, Tuhan langit yang tujuh dan apa yang dinaunginya, Tuhan bumi yang tujuh dan apa yang berada di atasnya, Tuhan setan-setan dan makhluk yang disesatkannya, Tuhan angin dan apa yang dibawanya. Aku meminta kepada-Mu kebaikan kampung ini dan kebaikan penghuninya serta kebaikan yang ada di dalamnya. Aku pun berlindung kepada-Mu dari keburukannya, keburukan penghuninya dan keburukan yang ada di dalamnya.” (HR. Nasa'i dalam 'Amalul yaum, Ibnu Khuzaimah, Baihaqi, Hakim dan ia menshahihkannya serta disepakati oleh Adz Dzahabi)
f.    Wanita yang bersafar harus disertai mahram.
Haram hukumnya bagi wanita bersafar sendiri. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berikut:
« لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ وَمَعَهَا ذُو مَحْرَمٍ وَلاَ تُسَافِرِ الْمَرْأَةُ إِلاَّ مَعَ ذِى مَحْرَمٍ » .
"Janganlah sekali-kali seseorang berkhalwat (berduaan) dengan wanita kecuali ditemani mahram, dan janganlah seorang wanita bersafar kecuali bersama mahram." (HR. Muslim)
Dalam hadits Abu Sa'id Al Khudriy disebutkan contoh mahram:
...إِلاَّ وَمَعَهَا أَبُوهَا أَوِ ابْنُهَا أَوْ زَوْجُهَا أَوْ أَخُوهَا أَوْ ذُو مَحْرَمٍ مِنْهَا » . 
"… Kecuali bersamanya ada bapaknya atau anaknya atau suaminya atau saudaranya atau mahram lainnya." (HR. Muslim)
Larangan di atas adalah umum bagi setiap wanita, baik masih kecil atau sudah dewasa.
Syarat mahram adalah muslim, laki-laki, baligh dan berakal.
g.    Jika jumlah orang yang bepergian ada tiga orang atau lebih disunatkan mengangkat ketua rombongan.
اِذَا خَرَجَ ثَلاَثَةٌ فِي سَفَرٍ فَلْيُؤَمِّرُوْا اَحَدَهُمْ (ابو داود وصححه الالباني)
"Apabila keluar tiga orang untuk bepergian, maka hendaknya mereka mengangkat salah seorang di antara mereka sebagai ketua." (HR. Abu Dawud)
h.   Dianjurkan bagi musafir ketika berpamitan dengan keluarga dan kawannya mendoakan mereka.
Doanya adalah:
أَسْتَوْدِعُكَ اللهَ الَّذِي لاَ تَضِيعُ وَدَائِعُهُ
“Aku menitipkan kamu kepada Allah, di mana tidak akan sia-sia titipan-Nya.” (HR. Ibnu Majah)
Sedangkan keluarga atau kawannya dianjurkan menjawab dengan kata-kata:
أَسْتَوْدِعُ اللهُ دِيْنَكَ وَاَمَانَتَكَ وَخَوَاتِيْمَ عَمَلِكَ
“Aku titipkan kamu kepada Allah baik agama, amanat maupun akhir-akhir amalmu.” (HR. Tirmidzi)
5.   Rukhshah (keringanan) bagi musafir
ü Boleh menyapu bagian atas khuff (sepatu yang menutupi kedua mata kaki) ketika berwudhu', tanpa perlu melepasnya. Hal ini apabila ia memasukkan kedua kakinya ke dalam sepatu dalam keadaan suci dari hadats kecil maupun besar, selama tiga hari tiga malam. Namun jika ia mukim (di mana ia sudah menyempurnakan shalatnya), maka lamanya hanya sehari semalam.
ü Boleh bertayammum bila tidak mendapatkan air atau susah mencarinya.
ü Seorang musafir yang tidak mengetahui arah kiblat wajib berusaha mencarinya baik dengan bertanya atau lainnya. Jika telah berusaha mencarinya, lalu ia shalat dan setelah shalat ternyata tidak menghadap kiblat, maka shalatnya sah; tidak perlu diulangi. Namun, jika ia tidak berusaha mencarinya, dan ternyata shalatnya tidak menghadap kiblat, maka ia wajib mengulangi (lih. Al Mumti' 2/281)
ü Dianjurkan membaca surat-surat pendek setelah Al Fatihah dalam shalat ketika safar. Dalam Shahih Muslim disebutkan,
"Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah shalat Isya bersama para sahabat ketika safar dengan membaca Wat Tiini waz zaitun."
ü Disyari'atkan mengqashar (mengurangi) jumlah shalat yang empat rak'at menjadi dua, seperti shalat Zhuhur, ‘Ashar dan ‘Isya. Kecuali jika dia bermakmum kepada imam yang bukan musafir, maka ia mengikuti imam (tidak mengqashar shalat).
ü Bagi musafir yang telah singgah di tempat yang dituju harus tetap menjaga shalat berjama'ah. Kecuali ketika ia masih dalam perjalanan, maka tidak mesti berhenti untuk shalat berjamaah saat mendengar azan.
ü Boleh menjama' (menggabung) Zhuhur dan ‘Ashar atau Maghrib dan Isya, baik jama' taqdim (di awal waktu) maupun jama' ta’khir (di akhir waktu seperti melakukan shalat Zhuhur dan ‘Asharnya di waktu ‘Ashar), hal ini jika perjalanan berat atau ia butuh menjama'.
ü Boleh melakukan shalat sunat di atas kendaraannya ke mana saja kendaraannya menghadap, namun untuk shalat fardhu hendaklah dia turun dan menghadap ke kiblat, kecuali jika tidak memungkinkan untuk turun dan waktu shalat akan habis.
ü Boleh berbuka puasa.
Marwan bin Musa
Maraaji': Al Mukhtashar fii ahkaamis safar, (Syaikh Fahd bin Yahya Al 'Ammariy), Minhajul Muslim (Syaikh Abu Bakr Al jazaa'iriy).


sumber : wawasankeislaman.blogspot.com

Nasehat Terakhir Syaikh Ibnu Baz



Ketahuilah wahai sekalian kaum muslimin, sudah menjadi kewajiban setiap orang yang berilmu untuk mengingatkan hal ini dan menasehati orang serta mendakwahkannya sesuai kemampuannya. Hal ini dilakukan untuk menunaikan kewajiban penyampaian dan dakwah dan mengikuti para Rasul serta menjauhkan diri dari sikap menyembunyikan ilmu. Sikap yang telah diperingatkan Allah dalam Alqur’an sebagaimana firmanNya:
إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَآأَنزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى مِن بَعْدِ مَابَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ أُوْلاَئِكَ يَلْعَنَهُمُ اللهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللاَّعِنُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dila’nati Allah dan dila’nati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat mela’nati” (QS. Al Baqarah: 159)
Juga telah ada hadits yang shahih dari Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam yang menyatakan:
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
“Barang siapa yang menunjukkan kepada kebaikan maka ia mendapat pahala seperti pahala pelakunya”
Dan beliaupun bersabda:
مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنْ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنْ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
“Barang siapa yang mengajak kepada petunjuk mak ia mendapat pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikpun pahala mereka. Barang siapa yang mengajak kepada kesesatan maka ia mendapat dosa seperti dosa-dosa orang yang mengikruinya tanpa mengurangi sedikitpun dosa mereka”

HUKUM DAN ADAB BERKURBAN




Syaikh Abdul Ilaah bin Sulaiman Ath-Thayyar

Segala puji bagi Allah, pujian mereka yang bersyukur. Semoga shalawat dan salam tetap terlimpah atas Muhammad yang di utus sebagai rahmat atas seluruh alam, begitu pula terhadap keluarga dan para shahabat beliau serta mereka yang mendapat petunjuk dari beliau dan mengamalkan petunjuk beliau hingga hari akhir nanti …
amma ba'du :

Suasana OSKAR


STUDIKA (Studi Islam Kampus)



Studi Islam Kampus, adalah salah satu program kerja dari LDSI At-Tarbawi Divsisi PSF.
Alhamdulillah pada hari minggu 23 September 2012 kemarin telah diadakan acara pembukaan STUDIKA, yaitu OSKAR (Opening Studika Kampus Orange) yang bertema menciptakan generasi muslim gaul dan syar'i. Acara yang diadakan di aula meranti fakultas kehutanan ini cukup banyak yang hadir yaitu mahasiswa baru FKIP Untan. di acara ini juga turut mengundang pembantu dekan 3 FKIP Untan. Antusias peserta juga tampak melalui pertanyaan2 mereka tentang STUDIKA. Penampilan video agenda2 LDSI At-Tarbawi dan pemateri yang bagus. kebanyakan tokoh2 pemimpin di FKIP pun merupakan alumni dari Studika dan bahkan beberapa masih mengikuti follow up dari studika itu sendiri.
semoga banyaknya mahasiswa baru muslim FKIP ini menjadi kader-kader Robbani dan siap melanjutkan kepemimpinan berikutnya. sehingga FKIP sendiri bisa melahirkan para pendidik yang berkualitas jasmani maupun rohani.
LDSI AT-TARBAWI : Selalu dihati selalu dinanti

SELAMAT DATANG



Selamat datang calon kader dakwah untan...
kita ketemu lagi di LDF masing2 ya...... ^^

untuk kenal lebih dekat.. ayo selalu ikuti agenda kita.. ^^

Ketika Rasulullah SAW Memberikan Syafaat Kepada Ummatnya di Hari Kiamat



Ini adalah sekelumit “kisah masa depan”, ketika seluruh manusia berkumpul di hari kiamat. Kisah ini disampaikan oleh Rasulullah kepada para sahabatnya. Dalam kisah itu diceritakan bahwa Allah mengumpulkan seluruh manusia dari yang pertama hingga yang terakhir dalam satu daratan. Pada hari itu matahari mendekat kepada mereka, dan manusia ditimpa kesusahan dan penderitaan yang mereka tidak kuasa menahannya.
Lalu di antara mereka ada yang berkata, “Tidakkah kalian lihat apa yang telah menimpa kita, tidakkah kalian mencari orang yang bisa memberikan syafa’at kepada Rabb kalian?”
Yang lainnya lalu menimpali, “Bapak kalian adalah Adam AS.”

KIAT KIAT MEMBERSIHKAN HATI


Menurut Prof. Dr. M. Amin Syakur, MA, hati secara jasmaniyah berarti segumpal darah atau daging bulat pancang berada didada kiri atas. Hati dalam pengertian ini adalah jantung, ia adalah lambang hidupnya manusia. Sedangkan secara ruhaniah hati merupakan hakikat manusia yang halus, yang mengetahui dan mengenal yang merasa secara mendalam, maka dialah yang diberi peringatan.
Hati juga merupakan alat untuk   merasakan ketenangan, ketentraman dan kebahagiaan, maka sudah selayaknya untuk kita senantiasa menjaga kesuciannya. Demi mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan yang hakiki.
Sabda Rasulullah SAW :
“Ketahuilah sungguh pada anggota tubuh terdapat segumpal daging yang apabilabaik daging tersebut maka akan baik pula seluruh tubuh. Dan apabila buruk maka akan buruk pula seluruh tubuh, ketahuilah ia adalah hati”(HR. Bukhari dan Muslim)
Macam-macam kondisi hati

Detik-Detik Akhir Hayat Rasulullah SAW

Pagi itu, meskipun langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah,Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, sunnah dan Al Qur’an. Barang siapa mencintai sunnahku, bererti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk syurga bersama aku."
Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangis nya. Usman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam.

Kebahagiaan dalam Kehidupan Islam

Sahabat tarbawi yang dirahmati Allah,..
              Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan kehidupan ini dengan berbagai perbedaan.. segala puji bagi Allah atas segala kemampuan yang telah diberikannya kepada kita, yang salah satunya adalah kemampuan untuk mensyukuri nikmat-Nya hingga hari ini.
Kehidupan ini sangatlah indah jika kita memahami maknanya dan sejauh mana kita berusaha untuk mencapainya. Kita tak akan terjebak dalam virus “galau” yang molaritasnya sangat besar dikalangan anak-anak muda negeri ini. Tidak akan ada orang orang yang galau kalau di selalu bahagia, dan formula untuk bahagia itu sendiri telah tercantum dalam pedoman hidup kita Al-Qur’an
Orang yang berbahagia adalah orang yang paham makna hidup di dunia ini, dan semuanya telah dimuat dalam Al-Qur’an, tentang apa tujuan hidup, peranan, tugas dan lain-lain.
TUJUAN hidup hanya mencari Ridho ALLAH (QS 98:5) yang artinya :

Beginilah Musuh Islam, dan Beginilah Umat Islam

Ibu Guru berjilbab rapi tampak bersemangat di depan kelas sedang mendidik murid-muridnya dalam pendidikan Syari'at Islam. Di tangan kirinya ada kapur, di tangan kanannya ada penghapus. Ibu Guru berkata, "Saya punya permainan. Caranya begini, di tangan kiri saya ada kapur, di tangan kanan ada penghapus. Jika saya angkat kapur ini, maka berserulah "Kapur!", jika saya angkat penghapus ini, maka berserulah "Penghapus!" Murid muridnya pun mengerti dan mengikuti. Ibu Guru mengangkat silih berganti antara tangan kanan dan tangan kirinya, kian lama kian cepat.
Beberapa saat kemudian sang guru kembali berkata, "Baik sekarang perhatikan. Jika saya angkat kapur, maka berserulah "Penghapus!", jika saya angkat penghapus, maka katakanlah "Kapur!". Dan permainan diulang kembali. Maka pada mulanya murid-murid itu keliru dan kikuk, dan sangat sukar untuk mengubahnya. Namun lambat laun, mereka sudah biasa dan tidak lagi kikuk. Selang beberapa saat, permainan berhenti. Sang guru tersenyum kepada murid-muridnya.
"Anak-anak, begitulah ummat Islam. Awalnya kalian jelas dapat membedakan yang haq itu haq, yang bathil itu bathil. Namun kemudian, musuh musuh ummat Islam berupaya melalui berbagai cara, untuk menukarkan yang haq itu menjadi bathil, dan sebaliknya.

Nasehat Terakhir Syaikh Ibnu Baz

Ketahuilah wahai sekalian kaum muslimin, sudah menjadi kewajiban setiap orang yang berilmu untuk mengingatkan hal ini dan menasehati orang serta mendakwahkannya sesuai kemampuannya. Hal ini dilakukan untuk menunaikan kewajiban penyampaian dan dakwah dan mengikuti para Rasul serta menjauhkan diri dari sikap menyembunyikan ilmu. Sikap yang telah diperingatkan Allah dalam Alqur’an sebagaimana firmanNya:

إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَآأَنزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى مِن بَعْدِ مَابَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ أُوْلاَئِكَ يَلْعَنَهُمُ اللهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللاَّعِنُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dila’nati Allah dan dila’nati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat mela’nati” (QS. Al Baqarah: 159)
Juga telah ada hadits yang shahih dari Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam yang menyatakan:
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
“Barang siapa yang menunjukkan kepada kebaikan maka ia mendapat pahala seperti pahala pelakunya”
Dan beliaupun bersabda:
مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنْ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنْ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
“Barang siapa yang mengajak kepada petunjuk mak ia mendapat pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikpun pahala mereka. Barang siapa yang mengajak kepada kesesatan maka ia mendapat dosa seperti dosa-dosa orang yang mengikruinya tanpa mengurangi sedikitpun dosa mereka”
kedua hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih-nya.
Jika hal diatas telah diketahui, maka saya wasiyatkan kepada kalian dan diri saya untuk bertaqwa kepada Allah dalam segala keadaan, baik tampak atau sembunyi, keadaan susah atau senang. Wasiat taqwa ini merupakan wasiat Allah dan Rasulnya, sebagaimana firmanNya:
وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُوا اللهَ
“Dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertaqwalah kepada Allah” (QS. An Nisa’: 131)
dan beliau Shallallahu’alaihi Wasallam menyampaikannya dalam khutbah:
أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَالسَمْعِ وَ الّطَاعَةِ
“Aku wasiatkan kalian untuk bertakwa kepada Allah dan bersikap taat dan patuh”
Kata takwa merupakan kata yang mencakup seluruh kebaikan, sebab hakekatnya adalah menunaikan kewajiban Allah dan menjauhi larangannya dengan ikhlas, cinta dan mengharap pahala serta takut dari adzabNya. Allah telah memerintahkan hambaNya untuk bertakwa dan menjanjikan mereka yang bertakwa kemudahan , keselamatan dari bahaya, kemudahan rezeki, ampunan dosa dan memperoleh surga. Allah berfirman:
يَآأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ إِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَىْءٌ عَظِيمٌ
“Hai manusia, bertaqwalah kepada Rabbmu; sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat”. (QS. Al Hajj: 1)
dan firman-Nya:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسُُ مَّاقَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيرُُ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al Hashr:18)
Dan firman-Nya:
وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَيَحْتَسِبُ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللهُ لِكُلِّ شَىْءٍ قَدْرًا
“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tidada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu” (QS. Ath Thalaq:2-3).
Demikian juga firmanNya:
إِنَّ لِلْمُتَّقِينَ عِندَ رَبِّهِمْ جَنَّاتِ النَّعِيمِ
“Sesungguhnya bagi orang-orang yang bertaqwa (disediakan) surga-surga yang penuh kenikmatan di sisi Rabbnya” (QS. Al Qalam:34)
Dan firman-Nya:
وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا
“Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan menutupi kesalahan-kesalahannya dan akan melipatgandakan pahala baginya” (QS. Ath Thalaq:5)
dan ayat yang semakna dengannya banyak sekali.
Wahai kaum muslimin, takutlah kepada Allah, bersegeralah melaksanakan ketakwaan dalam segala keadaan dan perhitungkanlahseluruh perkataan dan perbuatan serta pergaulan kalian. Amalan tersebut yang diperbolehkan maka tidak mengapa dikerjakan dan yang tidak diperbolehkan dalam syari’at maka hindarilah walaupun kalian tamak terhadapnya. Karena yang ada disisi Allah lebih baik dan kekal. Barang siapa yang meninggalkan sesuatu karena takwa kepada Allah niscaya Allah akan menggantikannya dengan yang lebih baik darinya. Kapan seorang hamba menjaga dan bertakwa kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangannya, maka Allah akan memberikan mereka keutamaan yang timbul dari ketakwaan tersebut, berupa kemuliaan, kesuksesan, rezeki yang luas, kemudahan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Sudah jelas bagi semua orang yang memiliki akal dan pandangan, semua yang menimpa kebanyakan kaum muslimin berupa kekerasan hati, tidak suka dengan akhirat, berpaling dari sebab-sebab keselamatan, mengejar dunia dan sebab-sebab mendapatkannya dengan semangat dan ketamakan tanpa melihat hala dan harom dan tenggelam dalam lautan syahwat dan jenis-jenis kesia-siaan dan kelalaian. Semua itu disebabkan hati mereka telah berpaling dari akhirat dan lalai dari dzikir dan mencintai Allah serta dari tafakkur terhadap karunia, nikmat Allah dan ayat-ayatnya baik yang zhahir atau yang batin. Juga disebabkan tidak mempersiapkan diri untuk perjumpaan dengan Allah dan tidak pernah ingat keadaan menghadap-Nya dan berada di keadaan yang dahsyat, yaitu berada di surga atau di neraka.
Wahai kaum muslimin, lihatlah diri kalian, bertaubatlah kepada Allah dan belajarlah ilmu-ilmu agama kalian serta bersegeralah melaksanakan kewajiban Allah dan menjauhi laranganNya agar kalian mendapatkan kemuliaan, petunjuk dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Berhati-hatilah dari tenggelam dalam dunia dan mendahulukannya dari akhirat, karena hal itu adalah sifat musuh-musuh Allah dan musuh kalian dari kalangan orang kafir dan munafik. Juga termasuk sebab adzab didunia dan akhirat, sebagaimana firman Allah dalam mensifati musuhNya:
إِنَّ هَؤُلآءِ يُحِبُّونَ الْعَاجِلَةَ وَيَذَرُونَ وَرَآءَهُمْ يَوْمًا ثَقِيلاً
“Sesungguhnya mereka (orang kafir) menyukai kehidupan dunia dan mereka tidak memperdulikan kesudahan mereka, pada hari yang berat (hari akhirat”. (QS. Al Insan: 27)
dan Allah Ta’ala berfirman:
فَلاَتُعْجِبُكَ أَمْوَالُهُمْ وَلآَأَوْلاَدُهُمْ إِنَّمَا يُرِيدُ اللهُ لِيُعَذِّبَهُم بِهَا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَتَزْهَقَ أَنفُسُهُمْ وَهُمْ كَافِرُونَ
“Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir” (QS. At Taubah:55)
Sedangkan kalian tidak diciptakan untuk dunia, tapi kalian diciptakan untuk akhirat dan diperintahkan untuk mencari bekal untuknya. Bahkan dunia diciptakan untuk kalian agar digunakan untuk beribadah kepada Allah yang telah menciptakan kalian dan untuk bersiap menghadap kepadaNya. Sehingga kalian berhak mendapatkan keutamaan, karunia dan pertolonganNya di surga yang penuh kenikmatan.
Buruk sekali secara akal orang yang berpaling dari ibadah (enggan beribadah) kepada sang pencipta dan pemeliharanya dan berpaling dari karunia yang telah dijanjikanNya dan meninggalkannya dengan mendahulukan syahwat kebinatangannya dan ketamakannya dalam mencapai tujuan dunia yang fana’. Padahal Allah telah menjanjikan sesuatu yang lebih baik dan bagus akibatnya didunia dan akhirat. Hendaknya seorang muslim berhati-hati terhadap sikap tertipu dengan jumlah banyaknya manusia dan menyatakan: “Sungguh manusia telah melakukannya dan terbiasa dengan hal itu, maka saya pun ikut bersama mereka”. Karena hal ini adalah musibah besar yang telah menghancurkan kebanyakan orang terdahulu. Tapi –wahaai orang yang berakal- wajib bagimu untuk melihat dirimu, mengevaluasinya dan berpegang teguh kepada kebenaran walaupun manusia meninggalkannya. Berhati-hatilah dari smua larangan Allah walaupun seluruh manusai melakukannya, karena kebenaran lebih berhak dikuti dari yang lainnya, sebagaimana firman Allah:
وَإِن تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي اْلأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللهِ إِن يَتَّبِعُونَ إِلاَّ الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلاَّ يَخْرُصُونَ
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang dimuka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan-Nya dan Dia lebih mengetahui tentang orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. Al An’am: 116)
dan firmanNya:
وَمَآأَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ
“Dan sebahagian besar manusia tidak akan beriman – walaupun kamu sangat menginginkannya” (QS. Yusuf:103).
Sebagian salaf menyatakan: “Janganlah meninggalkan kebenaran karena sedikitnya orang yang ikut dan jangan tertipu dengan kebatilan karena banyaknya orang yang binasa (karena mengikutinya)”. Inilah nasehat saya. Saya ingin menutup nasehat saya ini dengan menyebutkan lima perkara yang merupakan sumber seluruh kebaikan:
Pertama: ikhlas kepada Allah dalam seluruh perkataan dan perbuatan yang mendekatkan diri kepadanya. Berhati-hatilah dari seluruh kesyirikan baik yang tersembunyi ataupun yang jelas. Inilah kewajiban dan perkara terpenting dan merupakan makna La ilaaha Illa Allah. Amalan ibadah dan perkataannya tidak sah kecuali dengan benar dan selamatnya pokok ini, sebagaimana firman Allah :
وَلَقَدْ أُوحِىَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِّنَ الْخَاسِرِينَ
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) sebelummu:”Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapus amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi” (QS. Az Zumaar:65)
Kedua: memahami Al Qur’an dan sunnah Rasulullah dan berpegang teguh kepada keduanya serta bertanya kepada ahli ilmu (ulama) tentang semua yang belim jelas dari perkara agama kalian. Inilah kewajiban bagi setiap muslim. Tidak boleh ia meninggalkan dan berpaling darinya lalu berjalan sekehendak akal dan hawa nafsunya tanpa ilmu dan bashiroh. Inilah makna syahadat Muhammad Rasulullah, karena sahadat ini mengharuskan seorang hamba untuk beriman bahwa Muhammad adalah benar-benar Rasulullah, berpegang teguh kepada ajarannya, membenarkan beritanya dan tidak menyembah Allah kecuali dengan syar’at yang ditetapkan dengan lisan Rasulullah, sebagaimana Allah berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Katakanlah:”Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Al Imran:31)
Dan firmanNya:
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia.Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah” (QS. Al Hasyr :7)
dan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barang siapa yang beramal satu amalan yang tidak ada perintahku atasnya maka ia tertolak” Diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya.
Setiap orang yang berpaling dari Al Qur’an dan sunnah pasti mengikuti hawa nafsu lagi bermaksiat kepada Allah dan berhak mendapatkan kemurkaan dan adzab, sebagaimana firman Allah:
فَإِن لَّمْ يَسْتَجِيبُوا لَكَ فَاعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهْوَآءَهُمْ وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِّنَ اللهِ إِنَّ اللهَ لاَيَهْدِى الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
“Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka).Dan siapakah yang lebih sesat dari pada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun.Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim” (QS. Al Qashosh:50)
Allah berfirman dalam menyifati orang kafir:
إِن يَتَّبِعُونَ إِلاَّ الظَّنَّ وَمَاتَهْوَى اْلأَنفُسُ وَلَقَد جَآءَهُم مِّن رَّبِّهِمُ الْهُدَى
“Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka, dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Rabb mereka” (QS. An Najm:23)
mengikuti hawa nafsu –wal’iyadzu billah- menghapus cahaya hati dan menghalangi kebenaran, sebagaimana firmanNya:
وَلاَتَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَن سَبِيلِ اللهِ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَن سَبِيلِ اللهِ
“Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah” (QS. Shad:26)
Maka jauhkanlah diri kalian -semoga Allah merahmati kalian- dari sikap mengikuti hawa nafsu dan berpaling dari petunjuk (meninggalkan petunjuk). Hendaknya kalian berpegang teguh kepada kebenaran dan mendakwahkannya dan berhati-hatilah dari orang yang menyelisihi kebenaran, agar kalian memperoleh kebaikan dunia dan akhirat.
Ketiga: menegakkan dan menjaga shalat lima waktu berjamaah, karena ini adalah kewajiban yang terpenting dan terbesar setelah syahadatain. Ia merupakan tiang agama dan rukun kedua dari rukun islam. Juga ia adalah amalan pertama hamba yang dihisab pada hari kiamat. Barang siapa yang menjaganya maka ia telah menjaga agamanya dan siapa yang meninggalkannya maka ia telah berpisah dari islam. Alangkah ruginya dan jelek akibatnya pada hari ia menghadap Allah. Oleh karena itu hendaklah kalian menjaganya dan saling menasehati dalam menjaganya. Juga mengingkari orang yang meninggalkannya dan menghijrahinya (memboikotnya), karena hal ini termasuk saling tolong menolong dalam kabaikan dan takwa (Ta’awun ‘Alal Birri wat Taqwa). Hal ini berdasarkan hadits shahih dari Nabi , beliau bersabda:
الْعَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ الصَّلَاةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَر
“Perjanjian antara kami dan mereka adalah sholat, mak barang siapa yang meninggalkannya maka ia telah kafir”. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ashhabus Sunan dengan sanad yang shahih. Demikian juga sabda beliau:
بَيْنَ الرَّجُلِ وَ بَيْنَ الْكُفْرِ وَالشِّرْكِ تَرْكُ الصَّلاَةِ
“Antara seorang dengan kufur dan syirik adalah meninggalkan sholat”. Dikeluarkan oleh Imam Muslim dalam Shahih-nya. Dan Rasulullah pun bersabda:
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ
“Barang siapa yang melihat kemungkaran maka hendaklah merubahnya dengan tangannya, jika tidak mampu maka dengan lisannya dan jika tidak mampu maka dengan hatinya. Itulah yang paling lemah” Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih-nya.
Keempat: memperhatikan masalah zakat dan semangat mengeluarkannya sebagaimana telah Allah wajibkan, karena ia adalah rukun ketiga dari rukun islam, sehingga wajiba atas setiap muslimin yang mukalaf untuk menghitung harta yang akan dizakati dan menelitinya serta mengeluarkan zakatnya setiap berlalu satu tahun (berlalu haul-nya), jika telah sampai nishab zakat. Lalu rela dan lapang dada dalam mengeluarkannya untuk melaksanakan kewajiban Allah dan untuk mensyukuri nikmat-Nya serta berbuat baik kepada hamba-hamba Allah. Kapan seorang hamab melakukannya maka Allah akan melipatkan pahalanya, menggantikan apa yang telah dikeluarkan, memberi barokah dan dikembangkankan serta disucikan harta tersebut, sebagaimana firmanNya:
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلاَتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْ وَاللهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo’alah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketemtraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. At Taubah:103).
Ketika seorang berbuat bakhil dan meremehkan perkara zakat ini, maka Allah murka kepadanya, menghilangkan barokah harta dan menimpakan kepadanya sebab kehancuran serta menghabiskannya didalam kebatilan. Ditambah dengan adzab dihari kimat nanti, sebagaimana firman Allah:
وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلَا يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih” (QS. At Taubah:34) seluruh harta yang tidak dikeluarkan zakatnya maka ia menjadi gudang yang menjadi sebab pemiliknya diadzab pada hari kiamat. Semoga Allah melindungi kami dan kalian semua darinya.
Sedangkan orang yang belum mukallaf dari kaum muslimin, seperti anak kecil dan orang gila, maka diwajibkan kepada walinya (orang yang bertanggung jawab pemeliharaannya) memperhatikan pengeluaran zakat hartanya setiap berlalu setahun (haul). Hal ini karena keumuman dalil-dalil dari Al Qur’an dan sunnah yang menunjukkan kewajiban zakat pada harta seorang muslim, baik mukallaf atau tidak.
Kelima: diwajibkan kepada seluruh mukallaf dari kalangan kaum muslimin baik laki-laki atau perempuan untuk menta’ati Allah dan RasulNya dalam seluruh perintah Allah dan RasulNya, seperti puasa romadhon, haji jika mampu dan seluruh perintah Allah dan RasulNya yang lain. Juga wajib bagi mereka untuk mengagungkan kesucian Allah dan bertafakur pada tujuan penciptaan dan perintahNya serta selalu mengevaluasi (introspeksi/muhasabah) dirinya dalam hal itu. Jika ia telah melaksanakan kewajiban yang Allah berikan kepadanya maka berbahagialah, pijilah Allah dan mintalah keistiqomahan serta berhati-heti dari perasaan sombong, ujub (bangga diri) dan memuji diri. Jika belum melaksanakannya atau melakukan pelanggaran sebagaian keharaman Allah , maka bersegeralah bertaubat yang benar, menyesal dan istiqamah dalam perintah Allah dan memperbanyak dzikir, istighfar, mengadu kepada Allah dan meminta taubat dari dosa yang telah lalu serta meminta taufiq untuk dapat berbicara dan beramal baik. Ketika seorang hamba dimudahkan memiliki perkara-perkara diatas maka itulah alamat kebahagian dan keselamatannya di dunia dan akhirat. Ketika mereka lalai dari sirinya dan mengekor hawa nafsu dan syahwatnya serta tidak mempersiapkan diri untuk akhirat, mak itu adalah tanda kehancuran dan kerugiannya.
Hendaknya setiap kalian melihat dirinya dan meng-hisab (introspeksi) serta membongkar aibnya, maka ia akan mendapatkan sesuatu yang membuatnya berduka dan menyibukkan diri sendiri serta mengharuskannya merendah dan bersimpuh kepada Allah dan meminta maaf dan ampunanNya. Muhasabah, merendah dan bersimpuh dihadapan Allah inilah sebab kebahagian, kesuksesan dan kemulian di dunia dan akhirat.
Hendaknya setiap muslim mengetahui bahwa seluruh kesehatan, kedudukan yang tinggi, kemudahan dan kesenangan yang ia dapatkan adalah dari keutamaan Allah dan kebaikan-Nya. Demikian juga sakit, musibah, kemiskinan, kesusahan, penjajahan musuh dan lain-lainnya dari musibah yang menimpanya adalah dengan sebab dosa dan kemaksiatannya.
Sehingga sebab seluruh yang ada didunia dan akhirat dari adzab dan sakit adalah kemaksiatan, penyepisihi perintah Allah dan meremehkan hak-hak-Nya, sebagaimana firman Allah:
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)” (QS. Asy Syura’:30)
dan firmanNya:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS. Ar Rum:41)
Wahai hamba Allah bertakwalah kepada Allah, agungkanlah perintah dan laranganNya, bersegeralah bertaubat dari semua dosa kalian dan bersandar dan bertawakallah kepada Allah, karena Ia adalah sang pencipta dan pemberi rezeki makhluk. Seluruh kehidupan mereka berada di tangan Allah, tiada seorangpun yang memiliki dirinya, baik memberikan madharat, manfaat, kematian, kehidupan dan kebangkitan.
Dahulukanlah hak dan ketaatan Allah dan Rasul-Nya dari siapa saja selainnya. Ber-amar ma’ruf nahi mungkar-lah diantara kalian, berprasangka baiklah kepada Allah, perbanyak dzikir dan istighfar, saling tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan takwa dan jangan dalam dosa dan permusuhan, bawalah orang-orang bodoh dan paksalah mereka patuh kepada perintah Alah dan cegahlah mereka dari melanggar hal-hal yang diharamkan-Nya, cinta dan bencilah karena Allah, berilah loyalitas kepada para wali Allah dan musuhilah musuh-musuh Allah, bersabarlah dan teruslah bersabar sampai menjumpai Allah agar kalian memperoleh puncak kebahagiaan, kemudahan, kemuliaan, dan tempat yang tinggi di surga yang penuh kenikmatan.
والله المسؤول أن يوفقنا وإياكم لما يُرضه، وأن يصلح قلوب الجميع، ويعمرها بخشيته ومحبته وتقواه، والنصح له ولعباده، وأن يعيذنا وإياكم من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا، وأن يوفق ولاة أمرنا وسائر ولاة أمر المسلمين لما يرضيه، وأن ينصر بهم الحق ويخذل بهم الباطل، وأن يعيذ الجميع من مضلات الفتن، إنه ولي ذلك والقادر عليه.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته … وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
[Diterjemahkan oleh Ustadz Kholid Syamhudi, Lc. dari sahab.net]

Kalender Hijriah

 
Copyright © 2013. LDSI At-tarbawi - All Rights Reserved
Published by LDSI At-tarbawi
Proudly powered by Blogger