1. Memperbanyak doa
Memperbanyak doa agar :
a. Allah SWT memberi kesempatan kita untuk bertemu Ramadhan.
b. Saat bertemu Ramadhan kita dalam keadaan sehat wal ‘afiat.
c. Kita bersemangat dalam mengisi Ramadhan dengan berbagai amal shalih.
d. Kita dihindarkan dari berbagai hal yang akan mengganggu upaya optimalisasi Ramadhan.
Saat beliau saw melihat munculnya hilal yang menjadi pertanda awal bulan, beliau berdo’a:
Dari Ibnu Umar ra ia berkata: Rasulullah saw jika melihat hilal
beliau bersabda: Allah Maha Besar, ya Allah, jadikanlah hilal ini hilal
yang membawa keamanan dan keimanan, keselamatan dan Islam, serta taufiq
kepada segala hal yang dicintai dan diridhai Tuhan kami, Tuhan kami dan
Tuhanmu adalah Allah (H.R. Ahmad dan Ad-Darimi, redaksi yang
dipergunakan adalah redaksinya, juga diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan
dinilai shahih olehnya).
Diriwayatkan juga bahwa saat Ramadhan tiba, beliau saw berdo’a:
Ya Allah, selamatkan saya untuk Ramadhan dan selamatkan Ramadhan
untukku dan selamatkan dia sebagai amal yang diterima untukku (H.R
Ath-Thabarani dan Ad-Dailami).
Setelah kita berdoa dan doa kita dikabulkan Allah SWT, hendaklah kita
istiqamah (konsisten) dengan apa yang kita minta serta tidak mengikuti
jalan orang-orang yang tidak berilmu, sebagaimana tersebut dalam cerita
nabi Musa dan Harun as. Allah SWT menceritakan kejadian itu dalam
firman-Nya:
“Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua, sebab
itu tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus dan janganlah sekali-kali
kamu mengikuti jalan orang-orang yang tidak mengetahui”. (Q.S. Yunus:
89).
2. Memperbanyak pujian dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberi kesempatan kepada kita untuk bertemu Ramadhan.
Imam Nawawi berkata: disunnatkan bagi siapa saja yang mendapat
kenikmatan baru yang tampak jelas atau bagi yang terhindar dari cobaan
yang tampak jelas untuk melakukan sujud syukur atau memperbanyak pujian
kepada Allah.
Dan merupakan kenikmatan terbesar saat kita mendapatkan taufiq untuk
melakukan ketaatan, dan saat kita memasuki Ramadhan dalam keadaan sehat
wal afiat adalah sebuah kenikmatan besar yang patut kita ekspressikan
dengan memperbanyak pujian dan rasa syukur kepada Allah SWT.
3. Bergembira dan ceria atas kedatangan Ramadhan.
Tersebut dalam hadits bahwa Rasulullah saw menyampaikan berita gembira kepada para sahabat tentang kedatangan bulan Ramadhan.
Dari Abu Hurairah ra ia berkata: Rasulullah saw saat Ramadhan
tiba bersabda: Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, Allah telah
wajibkan atas kalian puasa di siang harinya, pada bulan ini pintu-pintu
surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan syetan-syetan dibelenggu,
pada bulan ini ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, siapa
yang terhalang dari kebaikannya berarti ia telah benar-benar terhalang
(H.R. Ahmad).
Begitu juga para salafush-shalih, mereka menampakkan ekspresi kegembiraan yang berlebih bila bulan Ramadhan riba.
4. Menyusun perencaan yang baik untuk optimalisasi Ramadhan.
Banyak orang menyusun rencana matang dan rinci untuk urusan dunianya,
namun, sering sekali lupa menyusun rencana yang baik untuk akhiratnya.
Ini pertanda bahwa mereka belum memahami dengan baik missi hidupnya.
Karenanya, banyak peluang kebaikan luput dari mereka. Mengingat Ramadhan
banyak menjanjikan berbagai kebaikan, sudah selayaknya bila seorang
muslim memiliki rencana yang matang dalam hal ini. Buku pendek yang ada
di tangan anda ini semoga bisa membantu dalam hal ini.
5. Tekad yang sungguh-sungguh untuk optimalisasi Ramadhan, mengisi waktu-waktunya dengan berbagai amal shalih.
Siapa yang berazam dengan sesungguhnya kepada Allah SWT niscaya Dia akan
sungguh-sungguh pula dalam merealisasikan tekadnya serta memberi
pertolongan kepadanya untuk berbuat taat dan memudahkan berbagai jalan
kebaikan. Allah SWT berfirman:
Tetapi jika mereka benar (imannya) terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka. (Q.S. Muhammad: 21)
6. Ilmu dan pemahaman yang baik terhadap hukum-hukum Ramadhan.
Adalah kewajiban setiap mukmin untuk beribadah kepada Alalh SWT atas
dasar ilmu dan pemahaman, dan tidak ada alasan untuk tidak mengetahui
kwajiban-kewajiban yang telah Allah SWT fardhukan atas hamba-hamba-Nya.
Termasuk dalam hal ini adalah puasa Ramadhan. Karenanya, seyogyanya
setiap muslim mengetahui masalah-masalah puasa dan hukum-hukumnya
sebelum bulan puasa itu datang, agar puasa yang dia lakukan menjadi sah
dan diterima di sisi Allah SWT. Allah SWT berfirman:
Maka bertanyalah kepada ahli dzikir jika kalian tidak mengetahui (Q.S. Al-Anbiya’: 7).
7. Bertaubat
Tekad yang kuat untuk meninggalkan dosa dan keburukan, serta taubat yang
benar dari segala kemaksiatan, mencabut diri darinya serta tidak akan
kembali kepadanya, sebab bulan Ramadhan adalah syahrut-taubah (bulan
taubat), oleh karena itu, siapa saja yang tidak bertaubat pada bulan
ini, kapan lagi ia akan bertaubat?
Dan bertaubatlah kalian semua kepada Allah wahai orang-orang yang beriman, agar kalian beruntung (Q.S. An-Nur: 31).
8. Pengkondisian jiwa dan ruhani
Pengkondisian jiwa dan ruhani melalui bacaan, telaah kitab dan buku,
mendengar kaset Islami yang berisi ceramah atau pelajaran yang
menjelaskan keutamaan-keutaam puasa dan hukum-hukumnya agar jiwa menjadi
kondusif untuk taat. Rasulullah saw telah menyiapkan jiwa dan spirit
para sahabat untuk optimalisasi Ramadhan pada akhir bulan Sya’ban.
Beliau bersabda:
Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan… (H.R. Ahmad dan Nasa-i).
9. Persiapan dan perencaan yang baik untuk melakukan dakwah,
melalui:
a. Menyiapkan bahan-bahan ceramah yang baik untuk disampaikan dalam kesempatan-kesempatan kultum yang ada.
b. Membagikan buku-buku mau’izhah, dan fiqih terkait dengan Ramadhan.
c. Menyiapkan hadiah Ramadhan. Bisa saja isinya berupa buku, kaset dan
semacamnya, lalu dikemas khusus dengan label: bingkisan Ramadhan・
d. Mengingatkan kepada orang-orang yang memiliki kecukupan untuk
memperhatikan fakir miskin, memperbanyak sedekah dan menunaikan zakat.
10. Menyambut Ramadhan dengan membuka lembaran putih bersama:
a. Allah SWT dengan cara bertaubat dengan sesungguhnya.
b. Rasulullah saw dengan cara taat kepadanya dalam hal yang ia perintahkan dan meninggalkan segala yang dicegah dan dilarang.
c. Kedua orang tua, istri/suami, anak-anak, kerabat, sanak famili, handai tolan dan semacamnya.
d. Masyarakat tempat ia bertempat tinggal agar menjadi hamba yang shalih
dan bermanfaat. Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
Seutama-utama manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia
(Sumber : milis Al-Ikhwan)